24 Desember 2008

Hikmah Ibadah Zakat

Allah SWT berfirman,
"Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka" (At-Taubah: 103).

Zakat berarti membentuk jiwa sehingga ia akan meningkat kualitas dan terbebas dari ikatan duniawi, suci dari segala noda dan dosa (At-Taubah: 103).

Ada beberapa urgensi pelaksanaan zakat:
  • Membersihkan jiwa dan menyucikannya sebagai pekerjaan utama dan agung (Asy-Syams: 9-10).
  • Zakat infak shadaqah adalah ibadah utama untuk taqarrub ilallah, bukti cinta dan pengorbanan. Fitrah manusia adalah cinta harta (Al-fajr: 20), maka Islam mengarahkan agar kecintaan manusia terhadap harta tidak berlebihan.
  • Manusia tidak pernah puas dengan harta yang ada padanya, untuk itu zakat untuk menyalurkan kecendrungan itu pada "masa depan harta" yang abadi.

Hikmah Pelaksanaan Zakat
  • Merawat harta yang dilimpahkan oleh Allah, sehingga menggunakan harta harus menyesuaikan dengan segala ketentuan Allah.
  • Menghilangkan rasa cinta yang berlebihan terhadap sesuatu yang fana, tetapi mesti menumbuhkan cinta pada yang kekal abadi. Dengan zakat "harta menjadi abadi" dan berguna di masa depan.
  • Orang mukmin merasakan kemuliaan akhlaqnya manakala mampu memberikan kemanfaatan pada orang lain.
  • Agar setiap muslim selalu terpacu untuk berpegang teguh pada syari'at Allah, terlebih dalam zakat ini, yaitu diperintahkannya kita untuk mencari rezeki yang halal dan menyalurkannya pada ketentuan Allah.
  • Membangun kepedulian sosial yang tinggi, guna merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan umat manusia di dunia.
  • Sebagai latihan awal untuk pengorbanan yang besar, zakat adalah "pengorbanan yang diwajibkan". Bila seseorang muslim telah terlatih, maka ia akan siap dan sigap menerima perintah "pengorbanan" yang lebih besar. Dan menunaikan zakat adalah kewajiban, yang merupakan tataran terendah dari moral. Maka untuk meraih derajat moral yang tinggi bukan saja menunaikan yang wajib saja tapi juga infaq sunah.
  • Zakat merupakan sarana tarbiyah bagi setiap muslim, bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan ia mestinya menjadi "kran rezeki" bagi saudaranya.
  • Menghilangkan penyakit hubbud dunya wa karaahiyatul maut, cinta dunia dan takut mati.
  • Agar seorang muslim senantiasa hidup dengan berorientasi ke depan, merencanakan masa depan sejak dini.
  • Agar harta-harta orang kaya tidak hanya berputar dikalangan mereka saja, tetapi juga menjangkau ke bawah. Hal ini akan menjembatani terjadinya "gap sosial" atau kesenjangan, sehingga antar lapisan masyarakat makin akrab.
  • Menciptakan ketentraman dan ketenangan masyarakat, yakni terciptanya kepedulian sosial yang tinggi akan mencegah terjadinya friksi atau perpecahan. Bila masing-masing menunaikan kewajiban dan memenuhi hak-hak sesamanya akan menciptakan harmoni kehidupan, dan saling menjaga. Yang kaya melindungi simiskin sedang yang miskin menjaga harta orang kaya.
  • Untuk menyadarkan umat akan adanya perbedaan perolehan rezeki yang diwujudkan dengan rasa syukur (Allah Az-Zukhruf: 32; Al-Qashash: 78; Asy-Syura:27).
  • Mendorong penggunaan harta yang multi player (efek ganda) dan multi guna (Al-Baqarah: 261).
  • Menyadarkan setiap muslim bahwa Allah Maha Suci, Dia tidak menerima kecuali yang baik, bersih dan suci (Al-Baqarah: 267; Ali Imran: 92). Sehingga tiap muslim terdidik untuk "hanya" memberi yang terbaik kepada siapapun, terlebih kepada Allah, dan juga selalu berusaha berprestasi dalam beramal.


dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: