09 Desember 2008

Keprihatinan Kita

Keprihatinan Pertama: Umat Jauh dari Islam

Dari survey "sederhana" yang telah anda lakukan, inilah kesimpulan yang pertama, yaitu umat jauh dari Islam. Baik jauh dalam segi konsepsi, pemikiran, hati, akhlaq, perilaku, amal, maupun ibadah. Banyak faktor yang melatar-belakanginya:

  • Karena penjajahan yang berkepanjangan sehingga Islam yang mereka pahami semakin kabur dan semakin tidak jelas.
  • Umat Islam malas belajar dan membaca, tetapi lebih suka menonton yang asyik-asyik, indah dan melalaikan.
  • Umat tidak terdorong untuk berprestasi, karena alamnya sangat subur, ibarat menanamkan kayu bisa tumbuh mejadi ketela pohon, air melimpah ruah, kekayaan alam berserakan. Akibatnya umat kurang bersyukur dan lemah untuk menggali potensi.
  • Umat bodoh terhadap Islam dan ajaran Islam, karena mereka mendapatkan Islam hanya "katanya", tanpa tahu dalil, atau argumennya (hujjah)nya.
  • Umat ini terlena dalam tipu daya duniawi, sehingga yang terbayang dalam benaknya adalah keenakan, keindahan, kemewahan, kenikmatan dan berbagai angan-angan materialitis.
Dari catatan di atas dapat digaris-bawahi bahwa sebab umat jauh dari Islam adalah faktor internal (kurang kesadaran untuk berislam secara baik), dan faktor eksternal adalah gemerlap duniawi yang semakin melenakan, yang ditebarkan oleh musuh-musuh Islam. Pada saat ini yang sama secara tidak sadar bahwa kekayaan alam kita yang dikeruk, tanpa kita ketahui, itu berarti kita telah tertipu. Dan orang tertipu tidak enak, biasanya hanya menggerutu.


Keprihatinan Ke Dua, Terjadinya Pelecehan Terhadap Islam

Kalau hanya jauh dari Islam, mungkin "agak" beralasan, namun bila sudah melecehkan Islam, ini sudah keterlaluan. Contohnya? Banyak sekali, mulai pelecehan harta dan jiwa, pelecehan terhadap norma-norma kesopanan, bahkan juga melecehkan Islam secara langsung, yaitu melecehkan sumbernya Al-Qur'an dan As-Sunah.

Banyak diantara "intelektual" yang mencoba "otak-atik" ayat untuk mementahkan kepercayaan (keyakinan) umat pada Al-Qur'an, dengan kata-kata, "tidak relevan, perlu reaktualisasi, ada ayat yang tidak berlaku lagi dan sebagainya".

Demikian juga terhadap hadits, ada yang meragukan Abu Hurairah, ada yang menafikan hadits shahih, hadits ahad, ada yang menawarkan studi krisis terhadap hadits-hadits yang "dianggap" tidak masuk akal.

Di bidang akhlaq dapat dilihat para pemuda terjerumus pada pergaulan bebas, khamr, pil koplo, ramai-ramai tawuran dan sebagainya.

Merebaknya perilaku seks aneh seperti homoseks, biseks, sodomi, bahkan pembunuhan -meski pernah disinyalir kuantitas menurun, tapi kualitas dan kecanggihannya meningkat-, terjadinya pemerkosaan baik sama-sama suka, maupun karena paksaan.

Di kalangan tokoh masyarakat juga turun wibawanya akibat krisis kepercayaan, kolusi, korupsi, pembobolan bank-bank, kriminal terselubung dan terlindungi, tidak tuntasnya penanganan masalah, timbulnya masalah yang beruntun dan bertubi-tubi, merosotnya citra penegak hukum, munculnya banyak oknum dan sebagainya.

Itu semua terjadi karena umat ini tidak memiliki konsep yang final tentang kebenaran (baca: Islam). Mereka menumpas satu permasalahan, pada saat yang sama muncul masalah lain yang lebih besar dan parah. Ini menandakan fenomena jungkir balik saling bertentangan (istilah sekarang global paradoks). Di saat orang ramai-ramai meneriakkan kedisplinan, para tokoh banyak yang melanggar etika kedisiplinan, banyak bank yang dibobol penjahat lepas dengan amat mudahnya.

Saat digiatkan memberantas pil koplo, pada waktu yang sama pabrik obat-obatan, minuman keras yang sekelasnya tidak diberantas tuntas. Pada saat remaja ramai-ramai dibina akibat kenakalan yang mereka perbuat, keberutalan semakin meraja-lela, tayangan-tayangan di media elektronik semakin "brutal", film "bupati" dan "sekwilda" menjadi laris. Akibatnya kepala remaja pun "kemut-kemut" bingung harus menyalurkan kemana hasratnya yang setiap hari dipacu oleh media.

Sesungguhnya Islam telah menawarkan konsep integral agar masyarakat aman dan tentram. Tinggal mau atau tidak untuk melaksanakan Islam? Tepislah rasa gengsi itu dan cobalah Islam dipraktekkan, Insya Allah akan aman tentram dan tercipta rahmatan lil'aalamien.

Sebagaimana perkataan Umar bin Khathab ra. saat membandingkan kondisi dirinya jaman jahiliyah dengan ketika ia mengamalkan Islam secara totalitas,
"Dulu kita adalah umat yang paling hina, kemudian kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya . Seandainya kita berbangga diri (mencari izzah) dengan selain itu tentu sudah kita serahkan semua kepadanya, dan pasti kita akan menjadi penduduk bumi yang paling hina".

Keprihatinan Kita, Umat Salah Paham Terhadap Islam

Saat anda duduk sejenak di masjid, apakah anda juga mencatat apa yang dilakukan umat Islam, yang "kelihatannya" juga sering ke masjid? Apa yang anda catat? Nama atau alamat? Bukan itu yang kita harapkan, tetapi harap anda catat apa yang mereka lakukan di masjid dan di luar masjid.

Di dalam masjid: mereka ada yang shalatnya khusyu', namun ada juga yang "kilat khusus". Shaf shalat ada yang rapi, namun banyak juga yang bolong-bolong. Ada yang senang untuk shalat jamaah tapi ada juga yang lebih suka shalat sendirian, pokoknya lengkap deh!

Di luar masjid, ada yang setelah shalat langsung ngacir, langsung nonton "telenovela", atau layar emas, nongkrong disitu sampai pagi. Ada yang terus belajar dan bekerja dengan rajin; ada yang main ke bilyard, ke gedung bioskop. Dalam berkerjapun bermacam-macam, ada yang menghalalkan segala cara; ada yang mengurangi timbangan, ada yang mencampur-adukkan barang buruk dengan barang baik; ada yang berjualan sangat mahal; ada yang riba dan akrab dengannya, ada yang rajin praktek rentenir, main suap, korupsi, kolusi dan lain-lain. Begitulah umat kita.

Dalam bergaul ada yang sopan santun, tertib, ada yang brutal, seenaknya sendiri, semau gue.

Ada main colak-colek dengan cewek, meraba sana-sini. Ada meniru potongan rambut artis anu dan memakai kaos grup anu, mendendangkan lagu baru "si pujaan", menghentakkan music metal dengan gaya maniac dan sebagainya.


Lalu apa kesimpulannya?

Ternyata diantara umat kita, masih banyak yang memandang Islam sebatas kumpulan ritual (ritus, rutinitas) ibadah an sich, akibatnya terjadi tolak belakang (paradoksal) antara ibadah yang dilakukan di dalam masjid dengan muamalahnya di luar masjid.

Islam hanya di-imani sebagian (juz'iyah) saja dan diingkari sebagian lainnya (Al-Baqarah: 85), yang berakibat pada kepincangan hidup, kehinaan di dunia dan azhab yang pedih di akhirat nanti.

Islam disamakan (diidentikkan) dengan Arab dan apa yang berhubungan dengannya. Sehingga potret kejadian yang ada di negeri Arab sering diidentikkan sebagai potret Islam. Kemudian juga terjadi kerancuan dengan menganggap adat sebagai syariat. Sedangkan yang benar-benar syariat Islam, jilbab, misalnya, dianggap sebagai adat orang Arab. Terjadinya penudingan kepada orang-orang yang berislam secara baik, dengan kata kolot, ekstrimis, teroris, fundamentalis, dan jumud.

Islam diukur dengan tindakan (perilaku) individu, kelompok atau golongan tertentu yang mengatas-namakan pada Islam. Sehingga ketika terjadi kesalahan atau penyelewengan yang dilakukan tokoh tersebut, dicap sebagai kesalahan Islam. Lalu apakah kondisi ini dibiarkan begitu saja? Tentu saja tidak.

Mereka adalah saudara kita! Kita bagian dari mereka dan mereka-pun bagian dari kita. Karena barang siapa tidak perduli dengan urusan kaum muslimin, sebagaimana dalam sebuah hadits, berarti bukan termasuk bagian dari mereka.

Nah, disini kami mengajak anda untuk perduli dengan urusan kaum muslimin dan bersama-sama memahami Islam secara menyeluruh. Dan semoga kita dapat memahami Islam lebih gamblang, bukan seperti orang buta yang meraba-raba gajah tak tahu persis bagaimana hakikat gajah yang sebenarnya. Kami juga tidak ingin anda menerima Islam, seperti orang yang membeli kucing dalam karung, bisa-bisa bukan berisi kucing tetapi anjing, babi, atau harimau. Berbahaya kan!?




dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: