12 Desember 2008

Totalitas Aqidah Islam

Aqidah atau keimanan dalam Islam bersifat menyeluruh karena menerjemahkan semua permasalahan besar dalam kehidupan. Manusia butuh untuk mengetahui siapa yang telah menciptakan dirinya dan alam semesta, maka aqidah Islam mendidik, menjelaskan dan mengarahkan bahwa Allah yang telah menciptakan semesta ini dengan segala piranti perlengkapan dan kelengkapannya. Manusia butuh menyalurkan nuraninya untuk beribadah kepada sang Pencipta , maka Islam mengarahkan 'ultimate goal' atau tujuan tertinggi dalam ibadah, yakni hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dan hanya kepada-Nya juga memohon pertolongan karena hanya Dialah yang maha segala-galanya. Di saat manusia butuh hidup secara teratur, tertata rapi, tertib, aman dan tentram, maka Islam menawarkan solusi kehidupan yang paling alternatif dan paling pas dengan fitrah dan kebutuhan manusia. Karena Islam memberi arahan hidup yang sempurna dalam masalah ekonomi (ayat paling panjang Al-Baqarah: 282 adalah masalah perekonomian), sosial, politik, pendidikan, kebudayaan, dan semua sisi kehidupan.

Aqidah Islam mampu menjawab pertanyaan besar manusia seputar masalah uluhiyah (ketuhanan), alam semesta, manusia, nubuwah (kenabian), dan masalah tempat kembali (akhirat) (Al-Fatihah: 1-7; Al-Baqarah: 2-5) dan telaah-lah Al-Qur'an secara keseluruhan, niscaya anda akan tahu jawabnya.

Aqidah Islam tidak pernah membagi manusia di antara dua illah (tuhan), antara tuhan kebaikan dan cahaya dengan tuhan kegelapan dan kejahatan, sebagaimana kepercayaan Majusi. Tidak membagi manusia antara Allah dan syetan, yang dikenal di Injil ada pemimpin alam dan Tuhan kehidupan. Injil membagi alam antara syetan dengan Allah. Syetan mempunyai kerajaan dunia, sedangkan Allah mempunyai kerajaan langit. Seolah-olah aktivitas syetan dalam pandangan kristen persis perbuatan Ahriman, tuhan kegelapan, dalam pandangan Majusi. (Ibrahim: 22; Al-Isra': 65; An-Nahl: 99-100; An-Nisaa': 76).

Aqidah Islam bersifat syumul (menyeluruh), yang prinsipnya tidak hanya berdasarkan instink atau perasaan, tapi juga berdasar pada pikiran, perasaan, dan hati nurani secara bersamaan. Iman Islam yang benar bangkit dari cahaya akal dan ketenangan hati nurani.

Aqidah Islam tidak mengenal tawar-menawar dalam keimanan, tidak ada pembeda-bedaan, pemilahan atau memilih-milih dalam mengamalkan Islam. Karena mengambil Islam sepotong-sepotong akan mengakibatkan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di hari kiamat (Al-Baqarah: 85; An-Nisaa': 150-151; Al-baqarah: 284-285). Ambillah secara keseluruhan atau tinggalkan Islam sama sekali.


dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: