20 Desember 2008

Membaca Aib Diri

Salah satu cara penting untuk meningkatkan kualitas kepribadian seorang mukmin adalah dengan senantiasa muhasabah an nafs, koreksi diri.


Dan salah satu bentuk koreksi diri itu adalah dengan membaca aib diri. Mengapa?

Salah satu aib diri yang menimpa seseorang mukmin adalah anggapan jiwa bahwa ia akan selamat. Perasaan ini selalu memenuhi wadah hati saat ia baru saja melaksanakan ibadah dan dzikir serta ketaatan lainnya. Ini merupakan kelihaian dan tipu daya syetan dalam membuat seseorang terlena dengan ibadahnya sendiri. Padahal belum tentu Allah menerima ibadah tersebut, dari sinilah selanjutnya setan menyeretnya secara perlahan untuk melakukan dosa. Lalu bagaimana terapinya?

Menurut As-Sirri As-Sagathy adalah dengan senantiasa mengikuti jalan petunjuk, memakan makanan yang halal dan thayyib serta senantiasa menyempurnakan ketaqwaan.

Langkah-langkahnya:

Agar seorang mukmin mampu memberikan terapi pada kedalaman ruhaninya, maka penting baginya untuk mengetahui borok dosa yang bersemayam dalam dirinya. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin:

"Sesungguhnya Allah Ta'ala ketika menghendaki kebaikan pada hambanya, Dia paparkan air-aib dirinya. Barang siapa telah memiliki bashirah, maka aib-aibnya tiada akan menakutkannya. Tatkala tahu aib dirinya, dia tetapkan terapi penyembuhannya. Tetapi kebanyakan manusia bodoh terhadap aip dirinya. Seseorang melihat debu di mata saudaranya, tetapi tidak melihat batang kayu di depan matanya (sendiri)".

Untuk dapat membaca aib diri, lakukanlah langkah-langkah berikut ini:
  1. Duduk bersama para syaikh yang akan dapat menunjukkan aib-aibnya, memberikan nasehat dan taujih (pengarahan). Ia akan mengetahui aib-aib diri beserta terapinya. Namun ini merupakan persoalan sulit di zaman ini, karena sedikitnya syaikh yang mukhlis.
  2. Mendatangi sahabat-sahabat yang shalih dan jujur, guna mendapat bashirah diniyah (pandangan keagamaan) yang lurus dan gamblang. Sehingga pemahamannya sangat jelas tentang kemungkaran, kemudian mengarahkan dirinya agar menjauhi kemungkaran, dengan akhlaq dan tindakannya. Jadi mengetahui ciri kebathilan adalah wajib, karena wajib bagi kita untuk menjauhinya dan wajib juga mencegah diri dari kemunkaran.
  3. Membaca aib diri dari cercaan musuh pada diri kita. Karena pandangan mata orang dalam menilai kejelekan orang lain lebih tajam. Ini berarti kita harus banyak mendengar dan mencari informasi kejelekan diri dari orang lain, buka telinga lebar-lebar tutup mulut rapat-rapat.
  4. Berinteraksi atau bergaul dengan setiap golongan manusia. Maka tatkala menyaksikan kejahatan-kejahatan yang ada di masyrakat, jauhilah!
Itulah beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam rangka membaca aib diri kita dengan satu harapan agar semakin hati-hati dalam melangkah dan lebih banyak berkaca pada diri sendiri.



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: