16 Desember 2008

Kiat Sehat Ala Rasul

Rasulullah SAW bersabda, "Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada Mukmin yang lemah..." (HR. Muslim).

Di bulan Ramadhan sangat penting untuk memperhatikan aspek kesehatan, yakni agar dapat menunaikan ibadah ramadhan dengan sempurna selain juga untuk berta'aasi (mencontoh) kepada Rasulullah SAW, salah satunya adalah dengan menjadi mukmin yang sehat dan kuat. Hal itu sangat penting meski berat untuk menunaikannya.

Rasulullah SAW sebagai uswah hasanah telah memberikan contoh yang konkrit dalam berbagai keadaan yang muslim, menunjukkan keperkasaan seorang (pemimpin) umat yang patut diteladani dalam segala seginya. Salah satunya adalah bidang kesehatan dan kekuatan fisik Beliau, sebagai cerminan pribadi nan utama, qawiyyul jism.

Kekuatan Rasulullah SAW dibuktikan saat-saat berjihad di jalan Allah, dimana Beliau senantiasa di garis depan sehingga membangkitkan semangat jihad para sahabatnya.

Pernah suatu ketika seorang pegulat di masa Quraisy, Rukanah, bergulat dengan Rasulullah SAW tetapi Rukanah tak mampu untuk merobohkannya. Bagaimana agar senantiasa sehat seperti Rasululah SAW? Ikuti resep berikut ini:

1. Selalu Bangun Sebelum Subuh

Rasulullah SAW selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunah dan shalat fardhu, shalat subuh berjama'ah, terlebih di bulan Ramadhan. Ini memberikan hikmah yang sangat dalam. Pertama, berlimpahnya pahala dari Allah. Kedua, kesegaran udara subuh memberikan terapi penyakit TBC, karena udara subuh banyak mengandung zat asam. Ketiga, udara subuh dapat memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan. Bahkan para salafus salih menyarankan untuk 'menyehatkan hafalan di waktu menjelang subuh (waktu sahur). Nabi SAW bersabda:

"Dua raka'at sebelum subuh adalah lebih baik daripada dunia seisinya" (HR. Muslim dari 'Aisyah ra).

2. Aktif Menjaga Kebersihan

Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih, meski pakaian yang Beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada bintik-bintik hitam atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu bersih. Tiap hari Kamis atau Jum'at Beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di pipi. Beliau selalu memotong kuku, menyisir rambut dan berminyak wangi. Beliau bergigi putih karena selalu bersiwak, Sabdanya, "Andaikata tidak khawatir memberatkan umatku niscaya aku wajibkan siwak (menggoso gigi) pada tiap-tiap shalat" (Muttafaq 'alaih).

Rasulullah SAW menggosok gigi setiap bangun tidur, ketika memasuki rumah (HR. Muslim dan Muttafaq 'alaih). Pada hari jum'at disunahkan mandi sebelum pergi ke masjid. "Mandi pada hari Jum'at adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman" (HR. Muslim).

Bukan saja di dalam shalat, di luar shalat pun kebersihan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan mukmin. "Ath-thahuuru syathrul iimaani... atau an-nazahaafatu minal iimaani... Kebersihan adalah sebagian dari iman "adalah sunah Islam yang sangat populer dan perlu diamalkan lebih lanjut.

3. Tidak Pernah Banyak Makan

Sabda Rasul SAW, "Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak pernah sampai kekenyangan)" (muttafaq 'alaih).

Dalam tubuh manusia ada tiga ruang untuk tiga benda. Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyah khusus bagi umat Islam dengan adanya shaum Ramadhan guna menyeimbangkan kesehatan.

4. Gemar Berjalan Kaki

Rasul SAW selalu berjalan kaki dari rumah ke masjid, dari masjid ke pasar, di medan jihad, mengunjungi rumah sahabat.

Dengan berjalan kaki keringat akan mengalir. Pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan dengan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.

5. Tidak Pemarah

Nasihat Rasulullah SAW, "Jangan marah!" di ulangi sampai 3 kali. Ini menunjukkan bahwa hakikat kesehatan dan kekuatan muslim bukanlah pada jasadnya belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa. Sehingga tercermin dalam perbuatannya, amal shalih. Saat marah adalah kondisi emosi memuncak, serta merupakan peluang jin dan syetan untuk menggoda dan masuk mempengaruhi manusia.

Untuk itu perlu sebuah terapi yang tepat guna menahan marah, di antaranya: mengubah posisi ketika marah. Bila berdiri maka duduk dan bila duduk maka berbaringlah. Membaca ta'awudz, karena amarah dari syetan. Segeralah berwudhu, karena akan membersihkan badan serta mensucikan. Sehingga akan lebih dekat kepada pertolongan Allah. Dan shalatlah dua rakaat, untuk meraih ketenangan dan ketentraman serta menghilangkan kegundahan.

6. Optimis dan Tidak Putus Asa

Umat Islam merupakan sebuah umat yang senantiasa berorientasi ke depan serta menggapai keridhaan Allah. Sehingga apabila nikmat dan anugerah mereka terima senantiasa disyukuri, dan apabila musibah datang menimpa maka ia bertaqarrub kepada Allah, menginstropeksi diri serta mohon ampunan atas kesalahannya. Karena sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah, manusia hanya pemegang amanah. Ini yang membedakan kehidupan mukmin dengan mahkluk lainnya, dan merupakan bekal hidup sehat. Rasul SAW meski dalam dakwahnya selalu mendapat perlawanan yang sangat kejam namun Beliau tetap optimis atas keberimanan umatnya, bahkan sangat mengharapkan agar umatnya beriman kepada Allah (At-Taubah: 128-129). Sikap optmis ini akan memberikan dampak psikologis yang sangat mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras serta tawakal kepada Allah SWT.

7. Tak Pernah Iri Hati

Untuk menjaga stabilitas hati, dan kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri-hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat. Karena sikap iri akan menumbuhkan kecemasan, kegelisahan dan sikap-sikap negatif lainnya. Bila diikuti, iri-hati yang bersumber pada buruk sangka akan mengarah pada kedengkian yang berakibat rusaknya hubungan ukhuwah. Hanya saja boleh iri-hati dalam hal-hal positif seperti terhadap orang yang banyak berilmu kemudian banyak beramal shalih dengan ilmunya, serta iri kepada orang kaya yang banyak shadaqah (dalam Hadits Riwayat Bukhari).



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: