19 Desember 2008

Jalan Menuju Mahabbatullah

Allah Azza wa Jalla berfirman,

"Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada pada hamba-Nya"(Al-Baqarah: 207).

Setiap manusia tidak akan mampu dan tidak dapat melepaskan diri dari cinta, karena cinta merupakan asal dari proses penciptaan manusia itu sendiri. Cinta adalah syu'ur (perasaan) yang tiada dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga. Dan secara fitri manusia akan merasakan hentakan cinta yang meledak-ledak pada sosok yang menyandang segudang kesempurnaan predikat seperti indah, cantik, agung, anggun, penyantun, ramah, pemurah, penyayang, lembut. Di samping itu orang juga tertarik untuk mencintai sosok yang serba lebih, dari keperkasaannya, kekayaan, keadilan, kecanggihan, dan segala sifat kesempurnaan yang ada padanya . Dan cara untuk mencintai sosok ideal dan idaman itu adalah dengan mengenal, menginteraksi diri atau (bergaul) dengannya, menyendiri, berasyik-masyuk tanpa ingin diganggu. Itulah cinta. Dan sebagai wujud rasa cinta seseorang rela mengorbankan apa saja yang ada padanya, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta, bahkan jiwa raganya untuk membahagiakan dirinya. Mengapa? Karena seorang pecinta butuh pengakuan dari yang dicintainya, sanjungan, penghargaan, penghormatan dan sebagainya.

Bila direnungkan orang-orang yang berimanpun merasakan getar-getar cinta tersebut. Dan getaran tersebut demikian agung karena yang dicintainya adalah dzat atau sosok yang sempurna dalam segala sisinya, tanpa cela sedikitpun. Maka orang mukminpun mencintai Allah sebagai Dzat yang Maha Sempurna, dengan cinta yang mendalam "Walladziina aamanuu asaddu hubbal lillahi... dan orang-orang yang beriman amat sangat cintainya kepada Allah..." (Al-Baqarah: 165).

Namun patut diingat untuk meraih "manisnya cinta" segudang pengorbanan harus diberikan, jalan terjal harus didaki, sejuta rintang harus diterjang... Demikian juga cinta kepada Allah sebagai semulia-mulia cinta butuh berbagai "tumbal" untuk menggapainya, diantaranya dengan:

1. Taubat Nashuha

Agar kecintaan seseorang diterima, maka ia harus memohon ampun (bertaubat) kepada yang dicintainya, yakni Allah Azza wa Jalla, atas segala dosa dan kesalahan, dengan taubat yang sebenar-benarnya (At-Tahrim: 8), dengan meninggalkan segala dosa dan kesalahan, menjauhkan diri dari maksiat, menyesalinya, tidak mengulangi kesalahan, dan berjanji serta berusaha untuk berbuat yang lebih baik di masa depan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat (al-Baqarah: 222).

2. Sabar dan Syukur

Orang yang dicintai biasanya akan memberikan beberapa ujian kepada yang mencintainya. Demikian juga dalam menggapai mahabbatullah seseorang akan mengalami berbagai macam ujian untuk melihat kesungguhan, cobaan untuk mengetes kesabaran, menilai kecintaan, dan mengukur pengorbanan (Al-Baqarah: 155-156). Bentuk ujianpun ada dua, dapat berupa kesenangan maupun kesusahan. Adapun ujian kesyukuran merupakan ujian bagi seseorang tentang nilai rasa dan perhatian terhadap apa yang sudah diberikan oleh sang kekasih (Ibrahim: 7). Makin meningkat kesyukuran makin ditambah kenikmatan yang sudah dikaruniakan, tetapi bila ingkar, tidak mau bersyukur sungguh akan mengundang kemurkaan Kekasih yang telah memberi.

3. Tadabbur Al-Qur'an

Yakni dengan membaca Al-Qur'an, memahami kandungan maknanya, menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Muhammad: 24). Dengan memahami kandungan Al-Qur'an akan semakin mengenalkan diri kita kepada sang Kekasih, dengan apa yang diperintahkan dan dicintainya, mengetahui hal-hal yang dilarang dan dibenci. Karena semakin banyak kita mengenal sifat-sifat sang Kekasih akan semakin tumbuh rasa cinta untuk terus membahagiakannya dan mencontoh atau berimitasi dengan sifat-sifat-Nya... Dengan tadabbur Al-Qur'an kita akan mendapat petunjuk hidup yang tepat untuk dapat diwujudkan pada saat-saat yang tepat pula.

4. Taqarrub Ilallah

Salah satu cara meraih cinta sang Kekasih adalah banyak mendekatkan diri dan bertemu sesering mungkin, disaat-saat yang orang lain tidak banyak berdekatan dengan-Nya. Hentakan cinta seorang mukmin mendorongnya untuk selalu dan senantiasa dekat dengan sang Kekasih, yaitu dengan memperbanyak ibadah sunah setelah menunaikan ibadah fardhu. Semakin banyak amal-amal sunah yang dicintai Allah kita kerjakan, semakin besar cinta kita dan semakin besar pula cinta-Nya kepada kita. Itulah cinta yang bersambut, "yuhibbuhum wa yuhibbuunahu... Dia mencintai mereka dan mereka(pun) mencintai-Nya..." (Al-Maidah: 54).

5. Dzikrullah

Sang Kekasih akan merasakan senang dan cinta bila namanya sering disebut, dibaca, diulang-ulang. Sikap mukmin dalam bercinta adalah dengan memperbanyak dzikrullah, mengingat Allah, baik dengan hati, lisan maupun amal perbuatan. Baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring (Ali Imran: 190-191). Baik dalam kondisi puncak keberhasilan, dalam posisi biasa atau saat kalah. Baik saat berkuasa, menjadi rakyat biasa atau bahkan saat terzhalimi.

Cara tepat untuk lebih banyak mengingat dan menyebut asma Allah adalah dengan memperhatikan hasil karya-Nya yang terbentang di seantero semesta.

6. Mempelajari Asma dan Sifat-sifat Allah

Setiap asma dari asma Allah dan sifat-sifat-Nya bila dipelajari, dipahami, direnungkan, sungguh akan meneteskan rasa cinta ke dalam lubuk hati yang paling dalam.

Demikian di antara cara untuk menggapai cinta-Nya dan meraih mahabbah-Nya. Semoga semakin tumbuh cinta kita kepada Allah dan semoga pula Allah menganugerahkan cinta-Nya kepada kita.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, "...Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan pada-Ku dengan suatu amal yang lebih Kusukai daripada amal yang telah Aku fardhukan dan selama hamba-hamba-Ku mendekat-Ku dengan amal-amal sunah sehingga Aku mencintai- nya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk beramal dengannya, menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan, maka jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku mengabulkannya, dan kalau ia memohon perlindungan niscaya Aku melindunginya" (HR. Bukhari).



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: