10 Desember 2008

Beberapa Tahapan Dalam Memahami Totalitas Islam

Islam adalah sebuah dien (agama) yang merupakan sistem kehidupan (minhajul hayah) mencakup peri kehidupan manusia secara utuh dan menyeluruh. Kemenyeluruhan Islam yang sedemikian luas tak dapat dipahami hanya dalam waktu yang singkat, tetapi membutuhkan tahapan, kesungguhan, interaksi, pelaksanaan, kontinuinitas sebagaimana manusia bergaul dan beramal dengan sebuah nilai kehidupan yang diyakininya. Semuanya butuh pemahaman, penajaman keyakinan, penghayatan, pengamalan dan penyebarluasan (da'wah).

Sesungguhnya Islam itu syumul (universal) yang meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensinya (keberadaan) manusia. Risalah Islam adalah risalah yang panjang terbentang mencakup semua cakrawala umat dan begitu mendalam dan mendetail memuat urusan-urusan dunia dan akhirat.

Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam memahami Islam secara totalitas atau menyeluruh, yaitu:

  1. Memahami sumber-sumber asasi dalam Islam, Al-Qur'an dan Sunah.
  2. Memahami cara berfikir menurut Islam, yang dikenal dengan fikrul Islam.
  3. Memahami cara pembentukkan kepribadian islami (syakhshiyah islamiyah), dengan kaidah, tahapan, cara dan aspek-aspek yang terkait di dalamnya.
  4. Memahami cara mensucikan jiwa, agar seorang muslim dalam berinteraksi terhadap Islam bukan sebatas pada konsep nilai, pemikiran atau perasaan dan emosi semata, akan juga harus diamalkan dan membawa pengaruh dalam kehidupan.
  5. Memahami cara belajar dan mengajar dalam Islam (ta'lim) dan cara untuk menggali sumber-sumber ajarannya (tadrusuun) secara terpadu menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan muslim.
  6. Memahami cara menyampaikan Islam (da'wah) kepada masyarakat terkecil -diri dan keluarga, lingkungan, masyarakat luas, bangsa hingga menyebar luas secara internasional ke seluruh dunia. Juga secara konkrit memahami bahwasanya da'wah adalah untuk seluruh manusia yaitu saya, anda dan mereka.
  7. Memahami keteladanan paripurna dalam melaksanakan Islam, Al-Qur'an dan Sunah, dalam kehidupan. Yaitu memahami terhadap peri kehidupan Rasulullah SAW, para sahabat dan generasi terbaik yang menyertai Rasul SAW.
  8. Memahami lintasan sejarah, pola pikir, ideologi, isme-isme besar yang bertebaran di seputar Islam. Ini penting karena mau tak mau umat Islam akan bersentuhan dengan isme-isme tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak disengaja.
Nah dari sini jelas bahwa berhasil tidaknya dalam meninggikan kejayaan Islam terletak pada upaya kita dalam mengkaji Islam secara totalitas. Proses ini secara sunnatullah harus ditempuh oleh setiap muslim sebagai proses belajar yang berkesinambungan, yaitu menggali ilmu yang bermanfaat sepanjang hayat. Ilmu, menurut Said bin Ali Al-Qahthani, merupakan sendi terpenting dari hikmah. Oleh sebab itu Allah memerintahkan manusia agar mencari lmu dan berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah:

"Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, maka mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu" (Muhammad: 19).

Imam Bukhari rahimahullah membicarakan masalah ini dalam bab khusus, yakni bab "ilmu sebelum berkata dan beramal". Sehubungan dengan ini Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat kita simak dalam susunan ayat di atas, yaitu: "fa'lam annahuu laa ilaaha illallaahu... maka ketahuilah bahwasanya tidak ada ilah selain Allah..." sebagai perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah itu diikuti dengan perintah beramal, yaitu: "...wastaghfir lidzanbika... dan mohonlah ampunan bagi dosamu...".

Abdullah bin Mas'ud ra berkata "Belajarlah kalian, niscaya kalian akan tahu (paham). Jika kamu sudah tahu amalkanlah!". "Semua orang dapat berkata manis. Orang yang benar adalah orang yang perkataannya manis, yang sesuai dengan perbuatannya. Siapa yang perkataannya tidak sesuai perbuatannya, berarti ia telah memperburuk dirinya sendiri."

Ali bin Abi Thalib ra, berkata, "Wahai orang-orang yang berilmu amalkan ilmu kalian. Karena orang yang mengamalkan ilmunya atau orang perbuatannya sesuai dengan ilmunya, dialah mukmin sejati".



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

1 komentar:

Ayahe Azzam mengatakan...

Ijin Copas Gan tak taruh di Blog pondok aq. Makasich Sebelume