04 Januari 2009

Adab Tilawah Al-Qur'an

Allah berfirman,
"Dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan)" (Al-Muzammil: 4).

Ada satu keprihatinan yang mendalam bahwa umat Islam kurang memiliki peran ditengah peradaban karena meninggalkan Al-Qur'an. Baik meninggalkan secara hakiki, artinya tidak tersentuh oleh Al-Qur'an dan ayat-ayatnya sama sekali atau meninggalkan Al-Qur'an secara majazi, yakni tidak bergaul baik dengan Al-Qur'an.

Ada beberapa macam pola pergaulan kaum muslimin dengan Al-Qur'an:
  1. Interaksi secara fisik. Yakni menjadikan Al-Qur'an sebatas pajangan, hiasan atau bahkan sebagian ayatnya dijadikan rajah atau mantra-mantra.
  2. Interaksi secara athifi (ikatan emosional). Yakni sebagian umat Islam tidak pernah membaca atau menghafal apa lagi mengamalkannya. Akan tetapi bila Al-Qur-an dihina, serta-merta ia akan segera tampil dan bangkit membelanya.
  3. Interaksi ruhani. Yakni adanya ikatan bathin dengan Al-Qur'an karena nilai-nilai Al-Qur'an telah bersemayam dihatinya, merasakan Al-Qur'an sebagai sarana yang menentramkan jiwa dalam segala kondisi. Ini merupakan keterikatan yang baik dengan Al-Qur'an.
  4. Interaksi dakwah dan aktivitas. Yakni orang yang telah merasakan nilai-nilai Al-Qur'an bukan sebatas pada sisi ruhani, akan tetapi telah diterjemahkan dalam ucapan sehingga membuahkan ucapan yang baik penuh hikmah. Disamping itu juga telah diterjemahkan dalam perbuatan. Ia beramal, bergerak, beraktivitas dan berdakwah dengan nilai-nilai Al-Qur'an. Menjadikannya sebagai panduan kehidupan dan juga memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilainya. Inilah tingkatan tertinggi yang layak disebut sebagai generasi Qur'ani.
Nah, sebagai kaum muslimin kita punya tanggung jawab untuk meningkatkan pola interaksi atau pergaulan kita dengan Al-Qur'an, dari sekedar pergaulan jasmani, emosional menjadi ruh yang menggerakkan kita meraih kejayaan.

Berikut ini beberapa adab untuk mengawali interaksi dengan Al-Qur'an, sebagai akhlaq minimal seorang muslim terhadap Al-Qur'an.
  • Sebaiknya orang yang hendak membaca Al-Qur'an berwudhu terlebih dahulu.
  • Memperhatikan adab-adab yang baik saat membacanya, seperti duduk bersila, tidak boleh bersandar, tidak boleh dengan posisi sekenanya atau posisi yang menunjukkan kecongkakan.
  • Keadaan paling baik dalam membaca Al-Qur'an saat berdiri dalam shalat dan dilakukan di Masjid.
  • Membaca dengan khusyu' dan tawadhu', jangan tergesa-gesa. Karena sikap ini adalah dari syetan sedangkan perlahan-lahan datang dari Allah. "al 'ajalatu minasy-sayithaan wa-ta'aani minallaahi".
  • Membaca Al-Qur'an diawali dengan isti'adzah (ta'awudz a'uudzu billahi minasy-syaithaanirrajiimi aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk).
  • Membaca Al-Qur'an di awali pula dengan membaca basmallah.
  • Membacanya dengan suara yang baik dan merdu. Rasulullah SAW bersabda, "Zayyinul qur'aana bi ashwaatikum... Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa'i, Hakim).
  • Membacanya harus pula dengan berpedoman dengan ilmu tajwid, karena salah memanjangkan dan atau memendekkan akan merubah makna bacaaan. Sehingga bertolak belakang dari pemahaman asalnya. Ini berarti tidak akan menambah hidayah justru akan mendatangkan murka Allah.
  • Memahami terhadap ayat-ayat yang dibaca, bila belum bisa dapat menyimak dari Al-Qur'an terjemah yang sudah banyak beredar.
  • Mendengarkan dan menyimak dengan tenang ayat Al-Qur'an yang dibaca.
  • Berusaha semaksimal mungkin untuk mengamalkan kandungan Al-Qur'an, bertahap sedikit demi sedikit.
  • Berdoa setelah membaca Al-Qur'an, dengan doa-doa mastur yang diajarkan Rasulullah SAW.


dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: