10 Januari 2009

Fluktuasi Iman

Allah Azza wa Jalla berfirman,

"Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka bertambahlah iman mereka" (An-Anfaal: 2).

Perlu disadari bahwa iman bisa mengalami pasang surut atau fluktuasi, sebagaimana ditegaskan dalam hikmah, "Al imaanu yaziidu yanqushu.. yaziidu bith-thaa'ati wa yanqushuu bil ma'ashii... Iman itu bisa bertambah dan juga bisa berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Lalu bagaimana menyikapi pasang surut iman tersebut?

Di antara para sahabat, Umar bin Khaththab ra misalnya, sering mengajak sahabat lainnya untuk "beriman sesaat... hayyaa nu'minuu saa'atan". Ini bukan berarti mereka tak punya iman, tetapi ajakan sebuah cara untuk mengoreksi diri dan memperbaharui keimanan, agar iman yang telah menghujam tetap ada sepanjang hayat.

Salah satu cara untuk mengembalikan dan menyegarkan keimanan adalah dengan cara memperbanyak membaca, berdzikir dan memahami serta merenungkan makna "Laa ilaaha illallaahu" Mengapa?

Laa ilaaha illallaahu adalah kalimat taqwa, kalimat tauhid yang mempersatukan seluruh jiwa orang mukmin dalam tali buhul yang kuat, urwatul wutsqaa.

Laa ilaaha illallaahu merupakan pernyataan mukmin akan keberadaan dirinya bahwa hanya Allah yang layak disembah, sebuah pengingkaran terhadap segala sesembahan, baik berupa berhala, pohon, batu, simbol sosial, gengsi, dan sebagainya.

Laa ilaaha illallaahu merupakan simbol dan deklarasi pembebasan manusia secara internasional bahwa manusia lahir ke dunia merdeka. Untuk itu tidak boleh dan tidak pantas manusia menghambakan pada sesama makhluk.


dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: