17 Januari 2009

Urgensi Menghafal Al-Qur'an

Al-Qur'an menduduki tersendiri bagi umat Islam, meskipun mereka tidak pernah berhubungan dengan Al-Qur'an. Seorang ulama, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa, "Barang siapa tidak pernah membaca Al-Qur'an maka dia telah mengabaikan Al-Qur'an. Barang siapa membaca Al-Qur'an akan tetapi tidak mentadaburi Al-Qur'an maka ia telah melalaikan Al-Qur'an. Dan barang siapa membaca, mentadaburi Al-Qur'an tapi tidak beramal dengan Al-Qur'an, maka berarti ia telah melalaikan Al-Qur'an". Agar kita tidak termasuk orang yang melalaikan Al-Qur'an dan akan dilalaikan oleh Al-Qur'an, hendaknya kita selalu bergaul dengan Al-Qur'an, diantaranya dengan menghafal Al-Qur'an. Karena menghafal Al-Qur'an sangat penting yaitu:

1. Untuk menjaga kemutawatiran Al-Qur'an

Adanya orang menghafal Al-Qur'an secara mutawatir mustahil terjadi kedustaan. Sebuah kaidah, "Sesuatu yang diriwayatkan oleh banyak orang, mustahil mereka bersatu dalam kedustaan".

Allah sendiri memelihara kemurnian Al-Qur'an dengan adanya para hufadz. "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an dan Kamilah yang menjaganya" (Al-Hijr: 9).

2. Meningkatkan kualitas dan izzah umat

Allah berfirman, "Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian Al-Qur'an yang di dalammya terdapat kejayaan bagi kalian, tidaklah kalian mau berfikir" (Al-Anbiya: 10).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh Allah telah mengangkat kualitas umat ini dengan Al-Qur'an".

Allah SWT berfirman, "Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu untuk mempelajarinya, menghafal dan mentadaburinya" (Al-Qamar: 17, 22, 32, 40).

3. Menjaga terlaksananya sunah-sunah Nabi SAW

Sebagian besar ibadah dapat terlaksana dengan baik dibekali hafalan Al-Qur'an, seperti: shalat, dakwah, mengajar, khutbah 'id, Jum'at, dll.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya panjang shalat seseorang dan ringkas khutbahnya merupakan tanda kefaqihan diennya" (HR. Muslim).

Seperti shalat subuh Rasul. Beliau membaca surat-surat panjang. Pada hari Jum'at dibaca Alif Lam Mim As-Sajdah dan Al-Insan. Di hari lain Beliau membaca Ar-Rum. Pada 'ied beliau baca Al-A'laa dan Al-Ghasyiyah.

4. Menjauhkan mukmin dari aktivitas laghwu (sia-sia) (Al-Mu'minun: 1-3; 28; 55).

Dengan hifzhul qur'an, secara otomatis nilai kemanfaatan waktunya semakin besar, pahala yang diraihpun semakin banyak, dan pekerjaan yang ditunaikan semakin luas. Inilah ciri- ciri produktivitas qur'ani-rabbani.

5. Mengikuti tradisi salafush shalih

Imam Syafi'i telah hafidz saat usia 7 tahun, Imam Malik hafidz usia 10 tahun, begitu juga Ibnu Sina yang sekaligus alim di bidang kedokteran.

Dalam tilawah Al-Qur'an dan menghafalnya dikenal berbagai macam tingkatan dan variasi ibadah. Ibnu Abbas, misalnya pernah berkata, "Aku lebih suka membaca surat Al-Baqarah dan Ali-Imran, membacanya secara tartil dan mendalaminya daripada membaca Al-Qur'an seluruhnya secara serampangan. Barang siapa waktunya lebih banyak longgar hendaklah dia pergunakan untuk banyak membaca Al-Qur'an agar dia beruntung mendapatkan pahala yang banyak".



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: