20 Januari 2009

Takziyatun Nafs

Allah Azza wa Jalla berfirman,

" Dialah yang telah mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Hikmah. Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata" (Al-Jumu'ah: 2).

Salah satu faktor paling mendasar yang menyebabkan umat Islam mundur dan surut di belakang, atau hanya berada di pojok peradaban tanpa peran berarti karena mereka jauh dari sumber-sumber Islam, Al-Qur'an dan Sunah. Sehingga manusia hidup di luar petunjuk yang semestinya dan keluar dari rambu-rambu kehidupan. Terjadi berbagai pertentangan dalam pentas kehidupan. Mengapa? Karena hati manusia menjadi tertutup, kasat, hitam pekat bahkan mati. Bahkan meski jasad mereka hidup, namun tak lebih dari mayat yang berjalan atau bangkai yang menebarkan "polusi" di tengah masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda, "Matsalulladzina yadzkurunallah walladzina yadzkuru Rabbahu matsalul hayyi wal mayyiti... rawahu Bukhari... artinya: Perumpamaan orang mengingat Allah dengan orang yang tidak mengingat-Nya adalah seperti orang yang hidup dengan yang mati" (HR. Bukhari).

Salah satu cara Rasul dan misi Beliau dalam membangkitkan manusia dari lembah jahiliyah menuju cahaya Islam adalah dengan tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) secara utuh dan menyeluruh, yakni mencakup:

Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah kepada manusia untuk memberikan gambaran dan kejelasan arah orientasi kehidupan, min aina... ilaa aina... limadza, dari mana asal manusia, hendak kemana dia, dan untuk apa dia hidup?

Tazkiyah, yakni upaya pembersihan dan penyucian baik fisik maupun ruhani dari berbagai penyakit kehidupan, seperti syirik, nifak, iri, dengki, degradasi moral, sehingga tumbuh pribadi-pribadi suci yang utuh menyeluruh. Sehat jasmaninya, suci jiwanya dan jernih pikirannya, itulah yang akan diraih dalam proses penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) ini.

Tu'allimuunal kitab wal hikmah, mengajarkan Al-Qur'an dan hikmah, yakni mengajarkan kepada manusia tentang Islam dengan seluruh seluk-beluk, ciri dan karakternya, sehingga terbentuk pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, tidak sepotong-potong. Dengan pemahaman utuh seseorang akan mampu bersikap tepat dalam berislam secara kaffah. Jelas orientasi hidupnya, lurus persepsi dan pandangan hidupnya, bersih pola pikirnya, mulia akhlaqnya, serta mampu menata diri secara optimal. Sehingga Islam, menjadi pijakan kokoh langkahnya, yang ia amalkan dan dakwahkan di tengah masyarakat, dengan menjadikan dirinya pelopor dari semua yang didakwahkannya.

Urgensi Tazkiatun Nafs
  1. Untuk membentuk pribadi-pribadi muslim yang tangguh dan istiqamah (Ali-Imran: 79, 110, 146; Fushilat: 30).
  2. Mempersiapkan hati untuk menerima perintah Allah dengan penuh ketaatan, sam'an wa thaa'atan.
    Yaitu dengan bersihnya hati maka segala perintah dalam bentuk apapun siap dijalankan-Nya, karena yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah tidak mungkin menjerumuskannya dalam kehinaan. Caranya adalah dengan mengkaji dan mendalami Al-Qur'an setahap demi setahap secara kontinyu, diamalkan ayat demi ayat secara berkesinambungan akhirnya menyatu dengan kepribadian. Sebagaimana Ibnu Mas'ud berkata, kami menerima Al-Qur'an cukup sepuluh ayat-sepuluh ayat, kami pahami dan kami amalkan, baru kami minta tambahan ayat lain".
  3. Menyuburkan amal shalih, yaitu bila hati telah bersih dan suci, maka berbagai peluang amal yang terbentang di depan mata tidak akan disia-siakan begitu saja. Ia senantias khusyu' dalam shalatnya, meninggalkan dari berbagai perkara yang tidak berguna, menunaikan kewajiban zakatnya, menjaga kemaluan, menegakkan shalat, menunaikan amanah (Al-Mukminun: 1-8).
  4. Menghidupkan akhlaq mulia, yakni selalu menjadikan Al-Qur'an sebagai parameter dalam setiap langkah kehidupan, dengan meneladani kepribadian Rasulullah SAW ...kaana khluquhul Qur'an ...akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur'an. Sesungguhnya akhlaq merupakan bagian tak terpisahkan dari pribadi mukmin, karena ia merupakan cerminan dari aqidah yang lurus dan ibadah yang benar. Dan pada akhirnya akhlaq mulia itu pun akan menenangkan jiwa. Mengapa? Karena ia selalu menunaikan kewajiban dirinya dan memenuhi hak-hak orang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman, "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku" (Al-fajr: 27-30).


dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: