30 Januari 2009

Antara Kebajikan dan Dosa

Rasulullah SAW bersabda,

"Kebajikan adalah pekerti yang baik dan perbuatan dosa adalah apa yang bergejolak dalam hatimu dan engkau tidak suka bila diketahui oang lain" (HR. Muslim).

Bila kita renungkan "kebajikan" merupakan hal yang sekarang sangat sulit didapatkan, tetapi dosa justru banyak kita saksikan dengan mudah dan ada di mana-mana. Coba saja Anda ingat, orang untuk mengemukakan sesuatu yang benar atau berpijak pada kebenaran seakan memegang bara dan banyak orang yang tak kuat melakukannya sehingga dia menceburkan diri dalam mayoritas masyarakat. Karena ukuran kebajikan sekarang seolah telah berubah. Sebagai misal ada prinsip Machiaveli, prinsip menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, "sebuah keburukan yang dilakukan oleh sekian ribu orang dianggap menjadi kebajikan". Orang pacaran dan kumpul kebo karena dilakukan banyak orang dianggap wajar, hamil di luar nikah sering terjadi dan tiada yang mau memberi sanksi hukum pada pelakunya. Akhirnya merekapun begitu mudah untuk melakukan aborsi, yang pada hakekatnya sebuah pembunuhan sadis. Ini berarti orang modern tapi perilakunya jahiliyah. Berarti sama halnya dengan jahiliyah modern.

Bila kebajikan dalam Islam adalah sebuah amal yang bisa menentramkan jiwa, tapi orang modern justru banyak yang tidak tentram dengan "kebaikan". Mereka lebih suka mengikuti arus yang mengalir sehingga tidak mempunyai prinsip hidup yang jelas.

Apabila kembali pada Islam sesungguhnya peluang kebajikan dalam Islam sangat banyak dan luas. Ibnu Umar ra misalnya, mengatakan bahwa al birr (kebajikan) itu suatu perkara yang ringan, yaitu bermuka manis dan bertutur kata yang lembut. Dan dalam hadits Rasul SAW banyak sekali dipaparkan pintu-pintu kebaikan yang bernilai ibadah, seperti hadits "kullu ma'ruufin shadaqah... setiap kebaikan adalah shadaqah" "tabassumuka fii wajhi akhika shadaqah... senyummu di muka saudaramu adalah shadaqah".

Adapun dosa adalah sesuatu yang senantiasa bergolak dalam jiwa, tidak tenang, jengah, gelisah, gundah-gulana, ragu dan takut bila diketahui oleh orang lain. Namun sayangnya banyak perkara yang awalnya seorang merasa ragu untuk melakukannya, karena terbiasa dan lihai akhirnya menjadi lancar, biasa-biasa saja... meskipun nuraninya menjerit. Misal orang berzina, minum khamr, judi, korupsi, dan kolusi sangat tahu bahwa itu haram, tapi karena terbiasa rasa bersalah itu tak lagi muncul. Inilah pertanda tertutupnya hati dan hilangnya rasa malu, sebagaimana peringatan keras Rasulullah, "Idzaa lam tastahii fashna'maa syi'ta... Apabila kamu tidak malu berbuatlah sekehendak hatimu". Juga rambu-rambu lain dari Rasulullah bahwa orang yang berbuat dosa dalam hatinya akan ada noktah atau noda hitam. Bila bertaubat maka noda itu akan terhapus dan kembali bersih, tapi bila dosa dilakukan berulang-ulang maka ia akan menjadikan hati keras dan tertutup. Lebih keras dari batu.

Untuk itu hal yang mesti kita camkan adalah ketika kita melakukan dosa mintalah fatwa pada hati nurani kita masing-masing.

Rasulullah SAW bersabda,

"Mintalah fatwa pada hatimu. Kebajikan adalah sesuatu yang membuat jiwa tenang dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah yang bergejolak dalam jiwa, membuat gundah serta ragu-ragu dalam dada, walaupun orang-orang berbicara dan memberi fatwa kepadamu" (HR. Ahmad).



dikutip dari:
Materi Ceramah Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Tidak ada komentar: